Frame Relay merupakan salah satu teknologi membuat jaringan  LAN didalam WAN. Secara sederhana jaringan terkecil adalah LAN dan satu tingkat diatasnya di sebut WAN, dan frame relay ini akan memanfaatkan WAN yang notabene berupa jaringan internet ingin kita pecah2 jadi beberapa network. Jadi misalkan sebuah kantor di Jakarta memiliki cabang di Bandung dan Surabaya, maka kita akan memanfaatkan jaringan internet sebagai koneksi LANnya tanpa menarik kabel dari Jakarta ke Bandung, sehingga kantor pusat dan kantor cabang dapat saling terhubung dengan menggunakan frame relay ini. Nah kali ini Kita akan mengembangkan networknya menjadi sebagai berikut:



Jangan lupa jaringan yang kita bangun akan selalu berkesinambungan nantinya maka letakkan jaringan frame relay tersebut pada jaringan utama yang sudah kita buat. Untuk kali ni kita tidak melakukan koneksi dulu antara frame relay dengan jaringan lainnya agar kita bisa fokus dalam membentuk frame relay saja. Berikut frame relay yang akan kita bangun jika gambarnya di perbesar:


Jaringan Frame Relay diatas menggunakan IP: 10.10.10.0/24. Kemudian secara spesifik IP yang akan dikonfigure pada tiap router sebagai berikut:


Setelah selesai lakukan konigure diatas, maka coba perhatikan konsep dari frame relay yang akan kita buat.


Konsep tanda panah yang muncul hanya untuk menggambarkan bagaimana jika kita ingin menghubungkan semua router dari satu router ke router lainnya dan dengan konektivity sebagai berikut: sebagai pengingat bahwa tanda panah tersebut sebenarnya melewati cloud , misalkan R10 ke R7 akan melewati cloud bukan langsun sperti tanda panah 1 tersebut.


Nah table ini akan kita masukkan pada settingan frame relay cloud tersebut. Langkah awal klik gambar cloud dan input DLCI beserta namanya tiap interface cloud sebagai berikut:


Sesuai dengan table sebelumnya, pada interface se0 pada cloud ada 3 tanda panah yang melewatinya sehingga kita akan menginputkan R10 yang terhubung ketiga routerlainnya. Nama DLCI tersebut sebagai contoh saja , misalkan mempermudah connectivity R10 ke R7 maka kita sebut DLCI 107, dst. Umumnya sebuah perusahaan  dalam hal ini salah satu router yang terhubung langsung dengan cloud akan mendapatkan informasi DLCI  saja  jika ingin menggunakan frame relay.
Kemudian Pada interface lainnya  inputkan semua konektivity dan abaikan dulu table diatas Karena  pada frame relay kita akan butuh settingan port balikan misalnya kita sudah set R10 ke R7 melalu se0, maka perlu adanya R7 ke R10 melalui se1. Dan lihat konfigurasi frame relayny sebagai berikut:


Nah kesimpulan diatas merupakan cerminan dari gambar panah dan table connectivity sebelumnya. Dimana jika nanti anda mencoba pada se 1 untuk R7-R10 maka akan ada alert karena sebelumnya sudah tercreate jadi tidak perlu khawatir walaupun listny ada kita masukkan. Yang penting kembali pada konsep gambar panah sebelumnya pastinya dengan fungsi kebalikannya.

Nah sekarang kita akan masukkan settingan DLCI pada masing2 router sebagai berikut:
Commandnya adalah:

R10(config-if)#int se2/0
R10(config-if)#encapsulation frame-relay
R10(config-if)#frame-relay interface-dlci 107
R10(config-if)#frame-relay interface-dlci 108
R10(config-if)#frame-relay interface-dlci 109
Input dulu jenis enkapsulasi pada interface masing2 router. Lalu list  DLCI yang kita telah masukkan sebelumnya. Dan pemetaan DLCI ini kita benar 2 melihat konsep panah sebelumnya tanpa balikannya maka pada masing2 router konfignya adalah sebagai berikut:

R7:


R8:


R9:


R10:


Konfigurasi frame Relay pun kini telah selesai , sekarang lakukanlah ping diantara router-router tersebut.

Spanning Tree Protocol Beserta Konfigurasinya

Pengertian

Spanning Tree Protocol (disingkat STP) adalah protokol jaringan yang menjamin topologi jaringan bebas-pengulangan untuk penghubung EthernetLAN. Fungsi dasar dari STP adalah untuk mencegah pengulangan penghubung dan radiasi siaran yang dihasilkan dari mereka. Pohon rentang juga memungkinkan desain jaringan untuk memasukkan cadang tautan (redundan) untuk menyediakan jalur cadangan otomatis jika tautan aktif gagal, tanpa bahaya dari perulangan yang tidak diinginkan dalam jaringan, atau kebutuhan untuk panduan mengaktifkan / menonaktifkan cadangan tautan ini.
Spanning Tree Protocol (STP) distandarisasi sebagai IEEE 802.1D. Seperti namanya, protokol ini bisa menciptakan pohon rentang dalam jaringan bertautan dari lapisan 2 layer penghubung (biasanya switch ethernet), dan menonaktifkan tautan tersebut yang bukan bagian dari pohon rentang, meninggalkan jalur aktif tunggal antara dua node jaringan.

Spanning Tree Protocol (IEEE 802.1d)
Kebutuhan adanya spanning tree
Problem utama yang bisa dihindari dengan adanya STP adalah broadcast storms. Broadcast storms menyebabkan frame broadcasts (atau multicast atau unicast yang destination addressnya belum diketahui oleh switch) terus berputar-putar (looping) dalam network tanpa henti. Gambar berikut adalah contoh sederhana LAN dengan link yang redundant.
 
Switch akan mem-flood frame broadcasts keluar melalui semua port/interface dalam satu VLAN kecuali port/interface dimana frame tersebut diterima. Pada gambar diatas, SW3 akan mem-forward frame dari Bob ke SW2; SW2 mem-forwardnya ke SW1; SW1 mem-forwardnya kembali ke SW3; SW3 ke SW2 lagi, dan seterusnya dan seterusnya.
Problem lain yang bisa dihindari dengan STP adalah dalam satu network yang memiliki link redundant, komputer-komputer yang aktif akan menerima kopi-an dari frame yang sama berkali-kali.

Definisi IEEE 802.1d Spanning Tree Does
STP mencegah terjadinya looping dengan menempatkan setiap port switch pada salah satu status : Forwarding atau Blocking. Interface dengan status forwarding bertingkah normal, mem-forward dan menerima frame, sedangkan interface dengan status blocking tidak memproses frame apapun kecuali pesan-pesan STP. Semua port yang berada dalam status forwarding disebut berada pada jalur spanning tree(topology STP), sekumpulan port-port forwarding membentuk jalur tunggal dimana frame ditransfer antar-segment. Gambar berikut adalah LAN dengan link redundant yang sudah memanfaatkan STP.
Dengan begini, saat Bob mengirimkan frame broadcast, frame tidak mengalami looping. Bob mengirimkan frame ke SW3 (step 1), kemudian SW3 mem-forward frame hanya ke SW1(step 2), karena port Gi0/2 dari SW3 berada pada status blocking. Kemudian, SW1 mem-flood frame keluar melalui Fa0/11 dan Gi0/1 (step 3) . SW2 mem-flood frame keluar melalui Fa0/12 dan Gi0/1 (step4). Namun, SW3 akan mengabaikan frame yang dikirmkan oleh SW2, karena frame tersebut masuk melalui port Gi0/2 dari switch SW3 yang berada pada status blocking.
Dengan topology STP seperti pada gambar diatas, switch-switch tidak mengaktifkan link antara SW2 dan SW3 untuk keperluan traffick dalam VLAN. Namun, jika link antara SW1 dan SW3 mengalami kegagalan dalam beroperasi, maka STP akan membuat port Gi0/2 pada SW3 menjadi forwarding sehingga link antara SW3 dan SW2 menjadi aktif dan frame tetap bisa ditransfer secara normal dalam VLAN.

Cara Kerja Spanning Tree
STP menggunakan 3 kriteria untuk meletakkan port pada status forwarding :
STP memilih root switch. STP menempatkan semua port aktif pada root switch dalam status Forwarding.
Semua switch non-root menentukan salah satu port-nya sebagai port yang memiliki ongkos (cost) paling kecil untuk mencapai root switch. Port tersebut yang kemudian disebut sebagai root port (RP) switch tersebut akan ditempatkan pada status forwarding oleh STP.
Dalam satu segment Ethernet yang sama mungkin saja ter-attach lebih dari satu switch. Diantara switch-switch tersebut, switch dengan cost paling sedikit untuk mencapai root switch disebut designated bridge, port milik designated bridge yang terhubung dengan segment tadi dinamakan designated port (DP). Designated port juga berada dalam status forwarding.
Semua port/interface selain port/interface diatas berada dalam status Blocking.

STP Bridge ID dan Hello BPDU
STP bridge ID (BID) adalah angka 8-byte yang unik untuk setiap switch. Bridge ID terdiri dari 2-byte priority dan 6-byte berikutnya adalah system ID, dimana system ID berdasarkan pada MAC address bawaan tiap switch. Karena menggunakan MAC address bawaan ini dapat dipastikan tiap switch akan memiliki Bridge ID yang unik.
STP mendefinisikan pesan yang disebut bridge protocol data units (BPDU), yang digunakan oleh switch untuk bertukar informasi satu sama lain. Pesan paling utama adalah Hello BPDU, berisi Bridge ID dari switch pengirim.

Pemilihan Root Switch
Switch-switch akan memilih root switch berdasarkan Bridge ID dalam BPDU. Root switch adalah switch dengan Bridge ID paling rendah. Kita ketahui bahwa 2-byte pertama dari switch digunakan untuk priority, karena itu switch dengan priority paling rendah akan terpilih menjadi root switch.
Namun kadangkala, ada beberapa switch yang memiliki nilai priority yang sama, untuk hal ini maka pemilihan root switch akan ditentukan berdasarkan 6-byte System ID berikutnya yang berbasis pada MAC address, karena itu switch dengan bagian MAC address paling rendah akan terpilih sebagai root switch.

Menentukan Root Port dari setiap switch
Selanjutnya dalam proses STP adalah, setiap non-root switch akan menentukan salah satu port-nya sebagai satu-satunya root port miliknya. Root port dari sebuah switch adalah port dimana dengan melalui port tersebut switch bisa mencapai root switch dengan cost paling kecil.

Menentukan Designated Port untuk setiap segment LAN
Designated port untuk setiap segment dalam LAN adalah switch port yang mengirimkan paket Hello ke segment LAN dengan cost terkecil. Ketika switch non-root mengirimkan pesan Hello, maka switch non-root akan menyertakan nilai cost tersebut kedalam pesan. Hasilnya, switch dengan cost terkecil untuk mencapai root switch menjadi DP dalam segment tersebut.

Saat Terjadi Perubahan dalam network
Berikut adalah proses yang terjadi saat topology STP berjaln normal tanpa ada perubahan:
Root switch membuat dan mengirimkan Hello BPDU dengan cost 0 keluar melalui semua port/interfacenya yang aktif.
Switch non-root menerima Hello dari root port miliknya. Setelah mengubah isi dari Hello menjadi Bridge ID dari switch pengirim, switch mem-forward Hello ke designated port.
Langkah 1 dan 2 berulang terus sampai terjadi perubahan pada topology STP.
Ketika ada interface atau switch yang gagal beroperasi, maka topology STP akan berubah; dengan kata lain terjadi STP convergence.
Interface yang tetap berada dalam status yang sama, maka tidak perlu ada perubahan.
Interface yang harus berubah dari forwarding menjadi blocking, maka switch akan langsung merubahnya menjadi blocking.
Interface yang harus berubah dari blocking menjadi forwarding, maka switch pertama kali akan mengubahnya menjadi listening, kemudian menjadi learning.Setelah itu interface akan diletakkan pada status forwarding.
Saat terjadi STP Convergence, switch akan menentukan interface-interface mana yang akan dirubah statusnya. Namun, perubahan status dari blocking menjadi forwarding tidak bisa langsung dilakukan begitu saja, karena dapat menyebabkan frame looping temporarer. Untuk mencegah terjadinya looping temporarer itu, STP harus merubah status port tersebut menjadi 2 status transisi terlebih dahulu sebelum merubahnya menjadi forwarding:
Listening: seperti halnya blocking, interface dalam keadaan listening tidak mem-forward frame. (15 detik)
Learning: interface dalam status ini masih belum mem-forward frame, tapi switch sudah mulai melakukan pemeriksaan MAC address dari frame-frame yang diterima pada interface ini. (15 detik)
Switch akan menunggu 20 detik sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan status dari blocking menjadi forwarding, setelah itu butuh waktu 30 detik untuk transisi ke Listening dan Learning terlebih dahulu. karena itu total yang dibutuhkan agar suatu port berubah dari blocking menjadi forwarding adalah 20+30=50 detik.

EtherChannel
EtherChannel mengkombinasikan beberapa segment parallel yang memiliki kecepatan yang sama menjadi satu. Switch memperlakukan EtherChannel sebagai interface tunggal berkenaan dengan proses memforward frame seperti halnya juga STP. Hasilnya, jika salah satu link gagal, tapi salah satu link lain dalam EtherChannel masih beroperasi, maka STP tidak akan terjadi.
EtherChannel juga menyediakan bandwidth yang lebih banyak. Trunk-trunk pada EtherChannel berada pada status forwarding semua atau blocking semua, karena STP memperlakukan semua trunk pada EtherChannel sebagai 1 trunk. Saat EtherChannel berada pada status forwarding, maka switch akan melakukan load-balance (membagi rata) traffik pada semua trunk, sehingga bandwidth yang tersedia jadi lebih banyak.


PortFast
PortFast memungkinkan switch untuk menempatkan sebuah interface kedalam status forwarding secara langsung tanpa harus menunggu 50 detik. Tetapi, hanya port yang diketahui tidak akan dihubungkan dengan switch yang lain yang bisa dijalankan fitur PortFast
Berikut Langkah-langkah Konfigurasinya
Bentuk topologi STP yang akan dibuat dengan menggunakan Cisco Packet Tracer :
Setelah memahami tujuan dibuatnya VLAN dan ulasan mengenai STP, mari kita coba untuk membuat sebuah topologi yang menggunakan VLAN dan juga STP tentunya. Berikut gambaran topologi yang akan kita buat :
 
Anda dapat menggunakan switch Anda selama ia memiliki interfaces yang diperlukan ditunjukkan dalam diagram topologi. Output ditunjukkan pada laboratorium ini didasarkan pada Cisco 2960 switch. Model switch lainnya dapat menghasilkan output yang berbeda.
Menyetel koneksi konsol untuk ketiga switch.
Setelah menentukan switch yang bertindak sebagai server ataupun client, langkah berikutnya adalah melakukan konfigurasi VLAN pada switch server S1.
Konfigurasi pada switch S1 yang bertindak sebagai server:
Sebelumnya, ada baiknya kita melihat tabel VLAN yang belum dikonfigurasi :
 

Pemberian nama switch sebagai S1 :


Menyiapkan Jaringan
Langkah 1: Nonaktifkan semua port dengan menggunakan perintah shutdown.
Pastikan bahwa inisial port switch tidak aktif dengan perintah shutdown.Gunakan perintah interface-range untuk menyederhanakan tugas ini.

Langkah 2: Re-enable port pengguna pada S1 dan S2 dalam mode akses.
Lihat diagram topologi untuk menentukan port pada switch S2 diaktifkan untuk pengguna akhir akses perangkat. Ketiga port akan dikonfigurasi untuk mode akses dan diaktifkan dengan perintah no shutdown.
S1(config)#interface fa0/3
S1(config-if)#switchport mode access
S1(config-if)#no shutdown
S2(config)#interface range fa0/6, fa0/11, fa0/18
S2(config-if-range)#switchport mode access
S2(config-if-range)#no shutdown
Langkah 3: Aktifkan port trunk pada S1, S2, dan S3.
Hanya VLAN tunggal yang digunakan di laboratorium ini, namun trunking telah diaktifkan pada semua link antara switch untuk memungkinkan VLAN tambahan yang akan ditambahkan untuk selanjutnya.

Langkah 4: Konfigurasi alamat management interface pada ketiga switch.

Konfigurasi Spanning Tree
Langkah 1: Periksa konfigurasi default 802.1D STP.
Pada setiap switch, menampilkan tabel spanning tree dengan cara perintah spanning-tree. Root selection bervariasi tergantung pada BID dari setiap switch di lab sehingga menghasilkan output yang bervariasi.
S1#show spanning-tree
VLAN0001



Langkah 2: Memeriksa output.
Bridge identifier (jembatan ID), disimpan di spanning tree BPDU mencakup terdiri dari prioritas bridge, perpanjangan ID sistem, dan alamat MAC. Kombinasi atau penambahan prioritas bridge dan perpanjangan ID sistem dikenal sebagai  bridge ID priority. Perpanjangan ID sistem selalu tergantung  jumlah VLAN. Sebagai contoh, ID sistem penyuluhan untuk VLAN 100 adalah 100. Menggunakan bridge standar nilai prioritas 32768,   bridge ID priority untuk VLAN 100 sisanya adalah 32868 (32768 + 100).
Acara spanning-tree perintah menampilkan nilai  bridge ID priority. Catatan:”prioritas” nilai dalam kurung merupakan nilai bridge priority, yang diikuti dengan nilai perpanjangan ID sistem.
Perhatikan respon terhadap perubahan topologi di 802.1D STP
Sekarang mari kita amati apa yang terjadi ketika kita sengaja mensimulasikan link yang rusak
Langkah 1: Tempatkan switch dalam spanning tree debug mode menggunakan perintah debug spanning-

Langkah 2:  shutdown port pada root switch. Contoh ini menggunakan S1, karena theroot. Saklar akar Anda mungkin bervariasi.
S1(config)#interface fa0/1
S1(config-if)#shutdown
Langkah 3: Catat output debug dari non-root switch. Dalam contoh ini kita merekam output dari S2 dan S3, karena mereka adalah non-root switch.

Langkah 4: Memeriksa apa yang telah berubah dalam topologi spanning tree menggunakan perintah spanning-tree.


Menggunakan perintah run menunjukkan, merekam konfigurasi setiap switch.



Hasil Dan Analisa
Saat desain LAN memerlukan beberapa switch, umumnya network enginer menyertakan segment LAN yang redundant diantara switch-switch tersebut. Tujuannya sederhana, switch-switch berkemungkinan mengalami kegagalan beroperasi, atau ada kemungkinan kabel terputus atau ter-unplug sehingga dengan adanya segment redundant ini, layanan network masih bisa berjalan walaupun ada kendala diatas.
LAN dengan link yang redundant memungkinkan frame mengalami looping didalam network tanpa henti. Frame yang looping ini menyebabkan gangguan performansi pada network. Oleh karena itu, LAN memanfaatkan Spanning Tree Protocol (STP), yang memungkinkan LAN tetap bisa menggunakan link redundant tanpa harus menanggung resiko adanya frame yang looping dalam network.
Tanpa adanya Spanning Tree Protocol (STP), LAN dengan link yang redundant mengakibatkan adanya frame yang looping tanpa henti didalam network. Dengan STP, beberapa switch akan mem-block interface/port-nya agar port tersebut tidak bisa lagi mem-forward frames keluar. STP akan menentukan port mana yang harus di block sehingga hanya 1 link saja yang aktif dalam satu segment LAN. Hasilnya, frame tetap bisa ditransfer antar-komputer tanpa menyebabkan gangguan akibat adanya frame yang looping tanpa henti di dalam network.Konfigurasi selesai, sekarang Anda dapat melakukan akses antar PC yang ber beda VLAN. Selanjutnya, terserah kita mengembangkan topologi tersebut. Boleh diberi Access point dan sebaginya

Model Tiga-Layer Hierarchical Secara Umum
 





A.PENGERTIAN CORE LAYER
Layer Core atau lapisan inti merupakan tulang punggung (backbone) jaringan. Contoh dalam jaringan hirarki layer core berada pada layer teratas .Layer Core bertanggung jawab atas lalu lintas dalam jaringan. Dalam lapisan ini data – data diteruskan secepatnya dengan menggunakan motode dan protokol jaringan tercepat (high speed). Misalnya fast ethetnet 100Mbps, Gigabit Ethetnet, FDDI atau ATM. Pada lalulintas data digunakan swicth karena penyampaiannya pasti dan cepat.
Dalam lapisan ini tidak boleh melakukan penyaringan / filter paket data karena memperlambat transmisi data dan tidak mendukung wordgroup. Untuk toleransi kesalahan digunakan peralatan jalur ganda . Oleh sebab itu swicth dikonfigurasikan dengan menggunakan Spanning Tree Topology dimana dapat diciptakan jalur ganda tanpa harus memiliki resiko terjadi lingkaran jaringan.
Pada layer ini bertanggung jawab untuk mengirim traffic secara cepat dan andal. Tujuannya hanyalah men-switch traffic secepat mungkin (dipengaruhi oleh kecepatan dan latency). Kegagalan pada core layer dan desain fault tolerance untuk level ini dapat dibuat sebgai berikut :
Yang tidak boleh dilakukan :
  1. Tidak diperkenankan menggunakan access list, packet filtering, atau routing VLAN.
  2. Tidak diperkenankan mendukung akses workgroup.
  3. Tidak diperkenankan memperluas jaringan dengan kecepatan dan kapasitas yang lebih besar.
Yang boleh dilakukan :
  1. Melakukan desain untuk keandalan yang tinggi ( FDDI, Fast Ethernet dengan link yang redundan atau ATM).
  2. Melakukan desain untuk kecepatan dan latency rendah.
  3. Menggunakan protocol routing dengan waktu konvergensi yang rendah.





B. DISTRIBUTION LAYER ( LAPISAN DISTRIBUSI)
Layer Distribusi disebut juga layer workgroup yang menerapkan titik kumunikasi antara layer akses dam layer inti. Fungsi utama layer distribusi adalah menyediakan routing, filtering dan untuk menentukan cara terbaik unutk menangani permintaan layanan dalam jaringan. Setelah layer distribusi mentukan lintasan terbaik maka kemudian permintaan diteruskan ke layer inti. Layer inti dengan cepat meneruskan permintaan itu ke layanan yang benar.
Layer distribusi diterapkan kepada setiap fakultas yang memiliki beberapa jurusan untuk menghubungkan beberapa jurusan-jurusan yang ada kedalam satu workgroup. Dalam lapisan ini diadakan pembagian atau pembuatan segmen-segmen berdasarkan peraturan yang dipakai dalam perusahan atau universitas, dimana jaringan dibagi pada setiap workgroup.
Penyaringan /filter data dalam lapisan ini akan dilakukan untuk pembatasan berdasarkan collison domain, pembatasan dari broadcast dan untuk keamanan jaringan. Pada Layer distibusi VLAN juga dibuat untuk menciptakan segmen - segmen logika. Layer ini mendefinisikan daerah dimana manipulasi paket data (packet manipulation) dapat dilakukan.
Fungsi Distribusi Layer antara lain adalah :
  • Address atau Area Jaringan LAN
  • Akses ke Workgroup ata Departemen
  • Mendefinisikan Broadcast/multicast domain
  • Routing dari Virtual LAN (VLAN)
  • Titik temu beberapa media berbeda yang digunakan didalam jaringan
  • Keamanan
  • Titik dimana Akses secara Remote ke Jaringan dapat dilakukan


C. ACCESS LAYER

Layer ini disebut layer desktop. Layer akses mengendalikan akses pengguna dengan workgroup ke sumber daya internetwork. Desain Layer akses diperlukan untuk menyediakan fasilitas akses ke jaringan. Fungsi utamanya adalah menjadi sarana bagi suatu titik yang ingin berhubungan dengan jaringan luar. Terjadi juga Penyaringan / filter data oleh router yang lebih spesifik dilakukan unutk mencegah akses ke seuatu komputer .Jarak. Setiap kali sebuah paket melalui router disebut sebagai sebuah hop. RIPv2 mengirimkan semua routing tabel ke router-router tetangganya yang terhubung secara langsung berkomunikasi maka pada tiap router tersebut perlu diterapkan konfigurasi protokol routing sehingga paket yang dikirimkan oleh setiap router sampai ke tujuan.
Pada layer ini menyediakan aksess jaringan untuk user/workgroup dan mengontrol akses dan end user local ke Internetwork. Sering di sebut juga desktop layer. Resource yang paling dibutuhkan oleh user akan disediakan secara local. Kelanjutan penggunaan access list dan filter, tempat pembuatan collision domain yang terpisah (segmentasi). Teknologi sepertiEthernet switching tampak pada layer ini serta menjadi tempat dilakukannya routing statis.

Fungsi Access Layer antara lain:
  • Shared bandwidth
  • Switched bandwidth
  • MAC layer filtering
  • Microsegmentation



· Memahami Model Cisco Tiga-Layer Hierarchical

 






Desain jaringan hirarkis membantu kita untuk membuat jaringan lebih handal dan dapat diprediksi. Tingkat dengan desain tingkat membantu untuk memahami faksi jaringan mudah seperti, kita bisa menggunakan tool seperti access list pada level tertentu dan dapat menghindari mereka dari orang lain.



Model lapisan Cisco terdiri dari tiga lapisan berikut:
  • Core layer
  • Lapisan Distribusi
  • Lapisan Akses


Setiap lapisan memainkan peran dan tanggung jawab khusus yang ditugaskan untuk tiga lapisan logis. Lapisan tersebut sama seperti jaringan lapisan model referensi OSI. 

Ketujuh lapisan dalam model OSI menjelaskan beberapa fungsi tetapi tidak protokol. Salah satu protokol yang dapat dipetakan ke lebih dari satu lapisan dan lebih dari satu protokol dapat berkomunikasi dengan satu lapisan. Dengan cara yang sama, menggunakan model Cisco kita dapat membangun implementasi fisik menggunakan implementasi jaringan hirarki. Kita bisa menggunakan banyak perangkat di dalam lapisan tunggal dan kita juga dapat menggunakan perangkat tunggal untuk melakukan fungsi di dua lapisan.
Berikut adalah penjelasan rinci dari lapisan ini. 


1. Core Layer

Merupakan layer terluar. Device yang digunakan pada layer ini sebaiknya device yang mampu menerima data dalam jumlah besar dan dapat mengirim data dengan cepat. pada bagian Inti terdapat interkoneksi utama atau akses utama dari network dan yang akan mengoptimalkan transport antar sites. Bisa berupa perangkat Switching di Layer 2 atau Layer 3 yang tugas pokonya sebagai interkoneksi semua sumber daya. Contohnya perangakt Switching Layer 3 yang bertugas forward dan routing semua paket masuk dan keluar network, fungsi firewall dan sistem keamanan lainnya juga bisa di implementasikan di Hirarki Core ini.
Tujuan core layer adalah untuk mempercepat lalu lintas jaringan sebanyak mungkin. Lalu lintas pada lapisan inti adalah umum bagi sebagian besar pengguna dan data pengguna diangkut ke lapisan distribusi yang meneruskan permintaan jika diperlukan. Jika lapisan inti dipengaruhi oleh kegagalan, setiap pengguna terpengaruh pada jaringan. toleransi kegagalan adalah hal utama yang perlu dipertimbangkan pada lapisan ini. Tanggung jawab utama lapisan inti adalah untuk melihat lalu lintas yang padat, sehingga kecepatan dan masalah lalu lintas prihatin pada lapisan ini. Fungsi dari Core Layer :

  • Melindungi jaringan dari memeperlambat lalu lintas, penggunaan daftar akses, routing antara berbeda Virtual Local Area Network (VLAN) dan Packet Filtering.
  • Melindungi jaringan dari dukungan workgroup akses.
  • Jangan memperluas jaringan core layer. Cobalah untuk mengatasi masalah kinerja dnegan menambah router dan lebih memilih untuk meng-upgrade perangkat lebih dari ekspansi.




2. Distribusi Layer
Device yang digunakan pada layer ini sebaiknya device yang mampu menetapkan policy terhadap jaringan dan mampu melakukan peyaringan/filter paket dan bertindak sebagai firewall. Router bias ditempatkan pada distribusi layer ini. di bagian distribusi akan ditugaskan untuk mendistribusikan semua pengaturan di hirarki Core ke Access dan yang akan membuat kebijakan koneksi. Distribusi lebih ditekankan untuk mempermudah pengaturan dan menyebarkan resource yang ada di network sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Peralatan pada hirarki ini biasanya berupa Switching di layer 2.
Hal ini juga dikenal sebagai lapisan workgroup dan ini disebut komunikasi titik antara akses dan layer inti. Fungsi dasar lapisan distribusi routing, filtering dan akses WAN dan mengetahui metode yang dapat mengakses paket inti. Lapisan ini harus mencari tahu mekanisme tercepat untuk menangani operasi jaringan seperti bagaimana penanganan dan forwarding file ke server berdasarkan permintaan. Setelah menemukan jalan yang terbaik, distribusi permintaan lapisan maju menuju lapisan inti dan kemudian ke layanan yang tepat. Implementasi kebijakan dilakukan pada layer distribusi dan Anda bisa latihan fleksibilitas mendefinisikan operasi jaringan.
Berikut adalah fungsi yang harus dilakukan di layer distribusi:
  • Implementasi dari daftar akses untuk menyaring lalu lintas yang menarik dan memblokir lalu lintas tidak menarik.
  • Keamanan dan jaringan kebijakan pelaksanaan yang berisi terjemahan alamat dan firewall.
  • Routing statis redistribusi
  • Mengaktifkan routing antara semua VLAN 
  • Mendefinisikan domain broadcast dan multicast 




3. Akses Layer


Merupakan layer yang terdekat dengan user. Sebaiknya device yang terpasang dapat berfungsi menghubungkan antar host dan dapat mengatur collision domain. di bagian inilah semua perangkat disebarkan dan di interkoneksikan ke semua end point sumber daya yang ada misalnya terminal user dan sebagainya. Peralatan bisa berupa router layer 3 atau switching layer 2.
User dan workgroup akses ke jaringan dan sumber daya didefinisikan pada lapisan akses dan lapisan ini juga dikenal sebagai lapisan desktop.


Berikut adalah beberapa fungsi dari lapisan akses:
  • Mengelola kontrol akses dan kebijakan
  • Buat collision domain yang terpisah
  • Konektivitas workgroup melalui layer distribusi 
  • DDR (Double Data Rate) dan teknologi Ethernet switching yang terutama digunakan dalam lapisan akses dengan Static routing.



Beberapa Device yang termasuk core layer :
  • Cisco switches seperti seri 7000, 7200, 7500, and 12000 (untuk digunakan pada WAN)
  • Catalyst switches seperti seri 6000, 5000, and 4000 (untuk digunakan pada LAN)
  • T-1 and E-1 lines, Frame relay connections, ATM networks, Switched Multimegabit Data Service (SMDS)
  • Cisco ASR 9000 Series Aggregation Services Routers
  • Cisco ASR 1000 Series Aggregation Services Routers
  • Cisco Carrier Routing System
  • Cisco 7600 Series Routers
  • Cisco XR 12000 Series Router


beberapa Device yang termasuk distribute layer :
  • Cisco Catalyst 6500 Series Switches
  • Cisco ASR 1000 Series Aggregation Services Routers

beberapa Device yang termasuk Access layer :
  • Cisco 1900 Series Integrated Services Routers
  • Cisco 2900 Series Integrated Services Routers
  • Cisco 3900 Series Integrated Services Routers
  • Cisco 800 Series Routers
  •  
     
     

Cisco Enterprise Architecture

Enterprise_Architecture

Arsitektur perusahaan Cisco membagi jaringan ke dalam komponen fungsional sementara tetap mempertahankan inti, distribusi, dan lapisan akses. Sebagai angka menunjukkan, modul Cisco arsitektur perusahaan utama meliputi:
  • Kampus enterprise
  • Enterprise Edge
  • Layanan Penyedia Edge
  • Remote
  • Kampus Enterprise
Kampus perusahaan terdiri dari infrastruktur seluruh kampus, termasuk akses, distribusi, dan lapisan inti. Modul lapisan akses berisi Layer 2 atau 3 lapisan switch untuk memberikan kepadatan diperlukan port. Pelaksanaan VLAN dan batang menghubungkan ke gedung distribusi lapisan terjadi di sini. Redundansi untuk distribusi bangunan switch penting. Distribusi lapisan modul agregat membangun akses menggunakan perangkat Layer 3. Routing, kontrol akses, dan QoS yang dilakukan di modul lapisan distribusi ini. Modul lapisan inti menyediakan berkecepatan tinggi interkoneksi antara distribusi lapisan modul, peternakan server pusat data dan tepi perusahaan. Redundansi, cepat konvergensi dan toleransi kesalahan adalah fokus dari desain dalam modul ini. Selain modul-modul ini, kampus perusahaan dapat mencakup submodul lainnya seperti:
1. Server peternakan dan Pusat Data modul.
Daerah ini menyediakan konektivitas berkecepatan tinggi dan perlindungan untuk server. Sangat penting untuk memberikan keamanan, redundansi dan toleransi kesalahan. Sistem manajemen jaringan memantau kinerja perangkat pemantauan dan ketersediaan jaringan.
2. Modul Layanan
Daerah ini menyediakan akses ke semua layanan, seperti layanan IP Telephony, Layanan nirkabel controller dan layanan terpadu.
3. Enterprise Edge
Tepi perusahaan terdiri dari Internet, VPN, dan modul WAN menghubungkan perusahaan dengan penyedia layanan jaringan. Modul ini meluas pelayanan perusahaan kepada remote site dan memungkinkan perusahaan untuk menggunakan sumber daya Internet dan mitra. Hotel ini menyediakan QoS, Penguatan kebijakan, tingkat pelayanan, dan keamanan
4. Layanan Penyedia Edge.
Tepi penyedia layanan menyediakan Internet, Umum Switched Telephone Network (PSTN) dan layanan WAN.
Semua data yang masuk atau keluar melewati Enterprise komposit Jaringan Model (ECNM) melalui perangkat tepi. Ini adalah titik bahwa semua paket dapat memeriksa dan keputusan apakah paket harus diperbolehkan pada jaringan perusahaan. Sistem deteksi intrusi (IDS) dan sistem pencegahan intrusi (IPS) juga dapat dikonfigurasi di tepi perusahaan untuk melindungi terhadap kegiatan berbahaya.